Jumat, 07 Maret 2014

Kunjungan mbak Aliya Baskhoro Yudhoyono di konservasi penyu Pacitan



Jumat 07/03/2014,konservasi penyu pacitan mendapat kunjungan dari mbak Siti Rubi Aliya Rajasa,istri dari mas Ibas (EBY).Kedatangan beliau di sambut hangat oleh warga sekitar yang antusias datang untuk bertemu dengan menantu dari orang nomor satu ini.Kedatangan beliau ke kota seribu goa ini merupakan rangkaian kegiatan kunjungan kerja yang telah dilakukan mas Ibas dan keluarga serta tim sejak 2 hari yang lalu.
Kunjungan ini sangat di apresiasi oleh kelompok penyelamat penyu pacitan sebagaimana di lontarkan oleh Bapak Miskun selaku ketua organisasi.
“kami sangat senang mbak Aliya berkenan mengunjungi konservasi ini, harapannya kedepan bisa menjadi pembuka jalan untuk mengembangkan konservasi ini menjadi wisata yang patut di banggakan oleh warga pacitan” ujar pria parubaya tersebut.
“Dalam kesempatan tersebut pula, kami mohon ijin mbak aliya untuk memberi nama flyingfox kebanggaan pacitan ini dengan nama EBY.” Tambahnya .
Dengan kunjungan ini diharapkan dukungan akan keberadaan konservasi penyu di pacitan ini terus bertambah dan dapat di apresiasi oleh pusat untuk di kembangkan menjadi obyek wisata sekelas yang ada di Bali.
Sebagai bentuk apresiasi , mbak aliya juga melapas 6 penyu ke laut lepas bersama warga.Beliau juga menghibahkan sebuah jenset dan beberapa alt kebutuhan konservasi.

Senin, 20 Januari 2014

FLYING FOX TERPANJANG DI INDONESIA

 


Pacitan - Geliat pariwisata di Kota 1001 Gua sungguh terasa. Apalagi menyusul beroperasinya JLS (jalan lintas selatan). Jalan kelas nasional yang dibangun menyusuri pesisir selatan Pacitan itu semakin memudahkan wisatawan menyelami eksotisme panorama khas Pantai Selatan. 

Sejumlah fasilitas pendukung pun dibangun melengkapi daya tarik obyek wisata yang ada. Sebut saja sarana olah raga Flying Fox yang membentang di atas Pantai Taman di Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo.

Dengan wahana baru itu, wisatawan tak hanya bisa memanjakan mata dengan memandang laut berbatas langit biru, namun sekaligus bisa menjajal nyali dengan meluncur pada lintasan kawat sepanjang 415 m dengan tinggi 74 meter. Ini disebut-sebut menjadi lintasan flying fox terpanjang di Indonesia.

"Mantap banget. Awalnya takut-takut. Tapi begitu meluncur ternyata sensasinya luar biasa, makanya tadi sampai teriak," ujar Vicky, siswi kelas 9 SMP Ngadirojo ditemui detikcom, Minggu (15/9/2013) usai mengikuti peluncuran.

Sebenarnya, lintasan flying fox itu sudah di uji coba sejak libur lebaran lalu. Hanya saja, secara resmi baru dioperasikan Senin (9/9/2013). Persemian dilakukan oleh Bupati Indartato. Selanjutnya, wahana flying fox akan dibuka untuk umum tiap Sabtu dan Minggu.

Nah, kini giliran Anda membuktikan sendiri sensasi berwisata alam sambil menguji keberanian meluncur pada lintas kawat flying fox.

KONSERVASI PENYU PACITAN TERUS DI KEMBANGKAN


Kabupaten Pacitan merupakan wilayah selatan Pulau Jawa dan kaya akan pantai, selain menarik untuk kunjungan wisata. Namun juga cocok untuk lokasi perlindungan satwa penyu. Seperti halnya, Pantai Taman Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo. Pantai yang membentang dengan ombak yang cukup besar, menjadi habitat bagi kawanan penyu laut.Di pertengahan tahun, lokasi pantai taman jenis penyu laut sering bertelur. Tak kurang dari puluhan ekor penyu. kehadiran para penyu itu justru dimanfaatkan masyarakat sekitar dengan menangkap dan memakan dagingnya. Tidak hanya itu saja,  telur-telurnya pun juga diambil. Jika dibiarkan maka hewan langka ini semakin punah. 
Untuk itu,  beberapa warga bertekat melakukan upaya penyelamatan. Mereka bergabung dalam wadah Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu untuk Wisata yang tujuanya untuk melindungi dan mengembangbiakan salah satu hewan langka itu. Salah satunya dengan melakukan penangkaran yang sudah dimulai sejak akhir 2012 lalu. Dari lebih dari 500 butir telur penyu yang yang sudah ditangkar sebagian telah menetas dan siap di lepas . 
Saat di temui MediaAspirasi, Bupati Pacitan, Indartarto, mengatakan’’ anak-anak penyu itu dilepas ke laut.dan harapanya, agar tumbuh dewasa, karena hewan penyu ini dilindungi danjuga hampir punah. Jika hewan ini punah, nantinya anak cucu kita tidak bisa melihatnya lagi. Selain itu, Indartarto mengharapkan masyarakat turut menjaga kelestarian hewan penyu ini, jangan menangkap dan menjual kepada para kolektor hewan langka ini. Harus bisa menjaga habitatnya,’’ itu harapan Bupati Indartarto ,pada Sabtu ( 9/6 ) kemarin. kemudian, kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan (DKP) Pacitan, Muhamad Yunus Hariadi, juga menyampaikan’’ Penyu merupakan hewan dilindungi yang sulit pengembanganya.Untuk itu masyarakat harus benar-benar menyadarinya. Karena sesuai penelitian, anak penyu yang sudah menetas resiko hidupnya sangat tipis. Dari seribu ekor kemungkinan yang hidup hanya puluhan saja dan mampu menjadi dewasa. Lain itu, hewan langka ini sangat di lindungi karena semakin lama akan punah, maka itu para nelayan diharapkan harus tetap menjaga serta melestarikannya,’’imbuh Yunus.  
Sementara, Anto ( 35 ) salah seorang anggota Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu mengakui ’’ gerakan penyelamatan  penyu  di kawasan wisata pantai Taman merupakan inisaitif awal dari warga sekitar, mula berdirinya anggota ini hanya berjumlah belasan, namun kini sudah berkembang lebih dari 30 anggota. Saya berharap kedepan, selain menjadi kawasan wisata juga menjadi kawasan konservasi penyu, Saat ini lahan konservasi yang tersedia seluas 2,7 hektar. rencananya akan dikembangkan lagi menjadi 15 hektar bahkan lebih,’’ tandasnya.MaMe Majalah Merista Online. (Bc)
- See more at: http://imameva.blogspot.com/2013/06/bupati-pacitan-indartarto-melepaskan.html#sthash.HxhvDi8L.dpuf

Selasa, 07 Januari 2014

KONSERVASI PENYU DI PACITAN



Desa Hadiwarno, Ngadirojo, Pacitan, memiliki sebuah pantai bernama Pantai Taman yang telah lama menjadi kawasan untuk bertelur Penyu. Sejak dulu masyarakat desa ini tidak memiliki wawasan mengenai penyu, sehingga ketika ada penyu yang mendarat untuk bertelur langsung di tangkap dan diperjualbelikan. Meski tidak sampai dijadikan bahan pangan, karena masyarakat setempat percaya bahwa satwa ini memiliki nilai mistis.
Mengingat makin turunnya populasi dan penangkapan penyu yang tinggi di pantai taman ria, Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) – Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (LPSK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan sosialisasi program konservasi penyu untuk wisata pada masyarakat Dusu Taman Desa Hadiwarno pada 1 Desember 2012. Pada saat itu pula disepakati pembentukan Kelompok Masyarakat Penyelamat Penyu untuk Wisata (KMKPW) “Taman Ria” yang beranggotakan 31 orang masyarakat setempat. Bapak Wahyu adalah dosen penelitian hewan langka UMM, melihat adanya penyu yang mendarat di pantai tersebut maka berinisiatif melakukan upaya penyadaran konservasi terhadap masyarakat, sehingga pada tanggal 1 Desember 2012, masyarakat diundang untuk bermusyawarah untuk melekukan upaya konservasi dengan melakukan penetasan dan pembesaran telur penyu. Sejak saat itu kegiatan konservasi penyu mulai digalakkan oleh kelompok ini dengan mengembalikan induk penyu bertelur di kawasan pesisir pantai, mengumpulkan telur penyu, penetasan telur, memelihara tukik-tukik, dan melepaskan kembali ke habitatnya.
Beberapa jenis penyu seperti Penyu Hijau, Penyu Pipih, Penyu Sisik, dan Penyu Belimbing, sering mendarat di pantai Taman Ria. Penyu Hijau biasa bertelur,  pada bulan Maret hingga September kemarin sebanyak 22 induk penyu hijau bertelur. Sedangkan penyu pipih hanya sesekali mendarat, dan Penyu Belimbing tercatat 5 tahun sekali mendarat untuk bertelur. Hingga kini, kelompok ini berhasil menetaskan telur penyu sebanyak 300 buah, dan telah melepaskan tukik sebanyak 200 ekor dengan umur pembesaran 3 bulan, sedangkan sisanya masih di dalam pembesaran yang direncanakan hingga umur 6 bulan. 
Saat ini kegiatan konsevasi penyu ini dibuka untuk khalayak umum yang ingin melihat lokasi konservasi penyu, dengan penarikan retribusi masuk sebesar 2000 rupiah guna membantu dalam pembelian pakan penyu. Harapan dari masyarakat dan pengelola khususnya, adanya perhatian dari instansi terkait untuk mendukung pengembangan konservasi penyu yang telah dilakukan ke depannya.

Jumat, 03 Januari 2014

TEKNIK PENANGKARAN


 Penangkaran penyu pada hakikatnya mempunyai tujuan yang mulia yaitu sebagai pengembangbiakan jenis biota laut langka seperti penyu dan merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan populasi penyu dari ancaman kepunahan, terutama oleh aktivitas manusia, dengan meningkatkan peluang hidup penyu.
Pada kenyataannya, kegiatan penangkaran penyu sulit diwujudkan, karena untuk menghasilkan penyu yang dapat dikomersilkan, yaitu penyu keturunan kedua (F2) membutuhkan waktu puluhan tahun. Untuk menghasilkan keturunan pertama saja membutuhkan waktu sekitar 30 tahun, apalagi untuk menghasilkan keturunan kedua, belum besarnya biaya yang akan dikeluarkan sehingga penangkaran penyu tersebut sulit terwujud dan tidak ekonomis. Namun demikian, penangkaran penyu bukan tidak boleh dilakukan.
Hanya saja, dalam pelaksanaannya tujuan penangkaran dimodifikasi untuk membantu dan mendukung upaya konservasi penyu, yaitu dengan meningkatkan peluang hidup penyu sebelum dilepas ke alam. Oleh karena itu, begitu telur penyu menetas, maka tukik harus langsung ditebar dan dilepas ke laut. Selain untuk kepentingan mendukung upaya konservasi penyu, kegiatan penangkaran penyu juga dapat diadakan untuk beberapa kepentingan khusus, seperti pendidikan, penelitian dan wisata, sehingga sejumlah tukik hasil penetasan semi alami dapat disisihkan untuk dibesarkan. Jumlah tukik yang dibesarkan tersebut hanya sebagian kecil saja dan tergantung tujuan dan dukungan fasilitas penangkaran yang menjamin tukik tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Tahapan kegiatan teknis penangkaran penyu secara rinci meliputi:
a) Pemindahan telur
b) Penetasan semi alami
c) Pemeliharaan tukik
d) Pelepasan tukik